Sekapur Sirih dari Dr. Ir. Apriyanto, M.Si., M.M., selaku Ketua Dewan Pembina Yayasan

zdrEra globalisasi menuntut semua negara terbuka terhadap perubahan dunia.  Europan Economic Community (MEE), Asia Pacific Economic Corporation (APEC), Asian Economic Corporation  merupan bentuk respon bagian dunia  terhadap perubahan peta ekonomi dunia.  Era ini menuntut Indonesia merubah geoekonominya menjadi negara yang menganut sistem ekonomi terbuka (opening economic system) dengan tetap berlandaskan pada Ideologi Pancasila.  Penyebaran sumberdaya alam di planet bumi yang  tidak merata, memaksa kita harus melakukan hubungan kerjasama internasional  antar negara (government to government), regional, dan multinasional dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat secara makro ekonomi.  Dampak negative  yang ditimbulkan era globalisasi berupa terbentuknya   pasar tenaga kerja global, menuntut Indonesia harus meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (human resources quality) dari waktu ke waktu secara berkelanjutan.    Perencanaan pembangunan ekonomi ke depan haruslah  menjadikan Indonesia negara yang produktif dalam produksi barang jasa, sehingga Indonesia menjadi driving force dunia, bukan seperti sekarang menjadi negara konsumtif yang tergantung  oleh kekuatan ekonomi negara lain.   Semuanya dapat terjawab melalui perbaikan sistem pendidikan dari sektor hulu sampai hilirnya, agar tercipta  manusia yang cerdas secara intelektual, emosional dan spiritual.  Kebijakan pendidikan nasional  melalui penguatan lembaga pendidikan vokasi pada satuan SMK dan satuan pendidikan tinggi (politeknik/akademi) merupakan keharusan yang harus diwujudkan dengan tetap berpedoman pada delapan standar nasional pendidikan.     Kondisi ini memotivasi Yayasan Rizky Putra Harapan Bangsa  mendirikan  Politeknik Tunas Pemuda di Provinsi Banten, sehingga tugas utama Politeknik Tunas Politeknik  haruslah sinkron dengan kebutuhan  lulusan SMK pada khususnya dan SMA pada umumnya agar tercipta sumberdaya manusia (manforce) yang kompeten, professional dan berakhlak mulia.